ruangan kelas, gambar diambil dari depan
Siswa belajar dari kecepatan yang berbeda. Mereka bisa belajar dari apa saja, dimana saja, dan melalui siapa saja. Pembelajaran bisa di kelas, rumah, bus, taman, dan sela-sela kegiatan yang lain.
Dan ada saatnya mereka mengambil tanggungjawab atas pembelajarannya sendiri.
Dengan latar belakang ini kami wali kelas bersama wali murid kelas 1B mendesain kelas inspirasi. Kelas sederhana tapi mampu memberikan ispirasi dan pelajaran bagi anak-anak. Membuat ruang kelas lebih menarik bagi semua yang terlibat.
Mulai dari penataan dan hiasan, perangkat kebersihan kelas dan kebersihan diri, dan kenyaman semua penghuni kelas.
Bagaimana keadaan kelas kami?
Berikut pojok-pojok kelas yang hampir tiap pulang sekolah seperti kapal pecah hehehe...
Pertama bagian depan kelas ada papan tulis, kaca, papan reward, alat pengukur tinggi badan, dan cap tangan siswa.
Kaca berguna untuk anak-anak merapikan baju. Anak-anak kelas 1 biasanya aktif, banyak energy yang dikeluarkan. Jadi terkadang lipatan baju pagi hari ketika tiba di sekolah sudah berbeda dengan ketika pulang. Untuk itulah kaca ini digunakan untuk menjaga penampilan mereka agar tetap rapi.
Kedua papan reward. Di kelas, saya menggunakan komitmen dan konsekuensi. Kami membuat komitmen dan melaksanakan konsekuensi dari komitmen yang disepakati. Reward adalah efek dari komitmen tersebut.
Untuk kebaikan, reward tidak sering-sering diberikan kepada siswa. Ini untuk menjaga niat mereka. Berbuat sesuatu tidak karena reward, tapi untuk mereka sendiri dan penduduk sekolah.
Konsekuensi kurang menyenangkan, misalnya membawa kue untuk teman satu kelas, kami berikan jika benar-benar keadaan harus melakukan itu. Di sini anak-anak belajar menahan diri dan tanggungjawab.
Selain papan reward juga ada jerapah yang digunakan untuk mengukur tinggi badan siswa.
senyum anak-anak...
alami dan tidak dibuat-buat...
Kelas 1B
(pakai irama apa hayo? :))

SELAMAT KEPADA
PARA JUARA LOMBA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM GUGUS 8
Nama | Lomba | Prestasi |
M. Hasan Fadhillah Hulwah Aisya Aisyah Nuriy Arina | Cerdas Cermat | Juara 1 |
Yasmin Zia Abidin | Pildacil | Juara 2 |
Muhammad Ukasyah | Adzan | Juara 1 |
M.Rauf Al Kayyis | Tartil Pa | Juara 1 |
Ken Azizah Hurun'in | Tartil Pi | Juara 1 |
Rugo'yah | Tartil Pi | Juara 2 |
Abdul Aziz | Tahfidz Pa | Juara 1 |
Muhammad Zaid A. | Tahfidz Pa | Juara 2 |
Hilya Aulia Safina | Tahfidz Pi | Juara 1 |
Adzra Nabila Nur Aufa | Tahfidz Pi | Juara 2 |
Zahidaturofi'ah Amatullah | Tahfidz Pi | Juara 3 |
Aisyah Fadilah Nur Diniah | MTQ | Juara 1 |
Fathiya Najwa Syarif | MTQ | Juara 2 |
Muhammad Zahi Dicky S. Faiq Nasrullah Ahmad Kevin Satria Nugraha Mohammad Harits | Sholat Jamaah | Juara 3 |
Aisyah Sabrina Fathimah Azzahra Najwa Mohammad Sausan Keumala Rasyidah Zhalwa Alya Monica Ratu Myari Fauzia Nazilla Qorirol Naura Zulfa Sabrina Naila Syawlani Arifa Fikri Abdullah Muhammad Hanan Daffa Taqiyuddin Salmaniza Muhammad Alif Azfa H. Tsaqif Jalaludin Ahmad Haidar Ahmad Muhajir Abdun Muhammad Abu Bakar Rafif Zaidane Ubay Abdullah Rasikh | Asmaul Husna | Juara 2 |
Salah satu materi kelas satu adalah mengenal tari, lagu, dan alat musik daerah. Ini sangat berat bagi saya. Berat sekali. Saya tidak bisa menari dan suara saya tidak merdu. Dengan kata lain saya kurang mumpuni kalau harus memberi contoh bagaimana cara menari yang benar atau menjelaskan nada lagu tradisional. Saya angkat tangan.
Itu dulu…
Sekarang?
Malah tidak bisa menyanyi atau menari. Hehehe..
Tapi tidak usah khuatir, sekarang
ini dia salah satu kreasi siswa SD Islam As-Salam
http://www.youtube.com/watch?v=jRXlHiKsw50
Membuat kudapan bersama anak-anak? Otakku berpikir keras. Kudapan apa yang sesuai untuk kelas dengan sebagian gaya belajarnya kinestetik. Alhamdulillah ada teman guru yang memberikan ide membuat timus. Salah satu makanan tradisional dari ubi jalar. Caranya sih sederhana, tapi rasanyaaa… mantap.
Pertama
Pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) melalui Kartu Karya Tulis Guru (KKTG) untuk Guru Indonesia Lebih Baik

Data dari Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011 yang di keluarkan oleh UNESCO diluncurkan di New York indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara.
Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%, guru SMA negeri 65,29%, swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %.
Hal ini juga terkait dengan rendahnya minat menulis pada diri guru. Minat menulis ini tentunya sangat berkaitan dengan minat membaca. Karena minat baca masyarakat intelektual seperti guru akan berpengaruh terhadap taraf kecerdasan dan kekritisan berfikir dalam menghasilkan karya tulis yang berkualitas serta bagaimana ia mendidik siswanya di sekolah.
Padahal dulu untuk mencari ilmu membutuhkan usaha keluar masuk perpustakaan, membaca buku, dan mencatatnya. Sekarang dengan adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) proses mencari ilmu begitu mudah dijangkau. Cukup buka www.google.com dan ketik kata kunci yang kita butuhkan, maka ratusan bahkan ribuan sumber ada di depan mata.
Untuk guru yang sedang sertifikasi, naik tingkat, dan yang mendapat tugas menulis hal ini tentu berita yang menggembirakan.
Namun dengan mudahnya akses teknologi ini pula rawan terjadi plagiasi. Kita bias dengan mudah copy paste karya orang.
Untuk itulah perlu dibuat Kartu Karya Tulis Guru (KKTG) yang berisi
“Anak-anak hari ini ibu punya empat permainan buat kalian!”
“Horeee..” jawab murid 1B dengan sumringah.
“Aturan main untuk permainan kali ini adalah kalian harus menyelesaikan tantangan yang ada di empat kertas yang ibu sediakan. Kertas A, B, C, dan D. Kalian bebas mulai mengerjakan dari kertas mana saja. Syaratnya, semua kertas harus selesai dikerjakan,” aku mengatur nafas. Mereka senyum-senyum sumringah.
Nak, tahukah kalau habis ini kalian akan ulangan hehehe.