Salah satu yang menjadi tragedi bagi seorang guru adalah ketika suara hilang. Tiba-tiba mengecil, serak, dan tak bisa didengar.
Awal Ramadhan 2012, pagi hari setelah bangun tidur, saya tak menemui suara saya seperti biasa. Hilangnya suara yang tak hanya sehari atau seminggu, tapi satu bulan lebih!
So bagaimana mengajarnya?
Sepanjang pagi sampai menjelang jam mengajar saya terus berpikir. Apa yang harus saya lakukan? Nanti kalau anak-anak tidak memperhatikan bagaimana?
Alhamdulillah datang ide permainan bisu tuli. Satu permainan yang rencananya saya praktikan di hari aksara yang jatuh beberapa bulan lagi. Permainan yang membuat siswa merasakan pentingnya aksara sebagai alat komunikasi.
Sebelum praktik saya sempat berpikir, kalau dipakai sekarang, ntar pas hari aksara nggak seru lagi! Tapi sekarang waktu yang pas, saat benar-benar dibutuhkan dan siapa tahu ketika hari aksara tiba anak-anak dah terbiasa jadi game nya bisa dikembangin. Ada banyak suara memenuhi otak saya.
Setelah ngobrol dengan diri sendiri, saya pun mengambil keputusan: Ehm.. pakai aja deh!
Di kantor, saya meyiapkan tulisan besar yang intinya mengajak anak-anak bermain game bisu tuli. Tidak ada suara selama pelajaran. Alat komunikasi yang digunakan hanya kertas dan alat tulis.
Selain menyiapkan tulisan yang mendukung saya juga memberikan beberapa lembar kertas kosong. Kertas bekas print yang tidak terpakai, biar irit. Hehehe.
Memasuki ruangan, dengan suara serak parau saya menyapa mereka, mengondisikan agar lebih tenang. Alhamdulillah tidak lama (kalau lama bisa sakit tenggorokan ^_^). Setelah itu permainan dimulai.
Materinya adalah menceritakan gambar. Saya menulis besar-besar instruksi yang mereka kerjakan. Murid bertanya dan menganggapi dengan tulisan juga.
“Ehm... bu Fauziah selalu aneh-aneh!”
“Bu guru nakal ya..”
Hadeuh nak.. tahukan kalian kalau suara ibu mendadak hilang? Ehm... meskipun suara ndak hilang, tetep ada game ini kok #ups.
Di luar bayangan saya, saya pikir anak-anak akan lebih pasif dan tenang karena kami belum terbiasa dengan “diam” (saya selalu membiarkan kelas saya “ramai”).
Ehm... ternyata game ini tak mengurangi keaktifan mereka. Tidak hanya interaksi dengan saya saja yang melalui tulisan, tapi juga interaksi dengan teman sebaya. Yang ditulis pun lucu-lucu.
Selesai mengerjakan mereka menunjukan tulisan. Kadang karena saya tidak tahu mereka yang maju agar mendapat kesempatan untuk menujukan jawaban. Maklum tidak ada suara.
Benar-benar deh, dengan suara dan tanpa suara, kelas kami tetap heboh dan penuh tawa. Alhamdulillah target pelajaran terpenuhi.
mumpung masih suasana hari raya...
Taqqabbalallahu minna wa minkum..
kullu 'aamin wa antum bi khairin...
mohon maaf lahir dan batin..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 Januari 2013 pukul 00.34
Wkwkwk. nih keren nih anak2nya. dulu SD gini gak ya? @_@