twitter
rss

Warna-Warni Kolase


1DSCN6520DSCN6535setelah sukses membuat kolase di kertas dan gerabah, sekarang saya mencoba memberikan tantangan ke anak-anak untuk membuat kolase di piring plastik..
bahan yang digunakan harus bahan bekas dan dari alam...
alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan ;)

ImageSalah satu tema pelajaran bahasa Indonesia kelas tiga adalah alat transportasi. Kompetensi yang harus dipelajari diantaranya rambu-rambu lalu lintas.

Agar pelajaran menarik, sebelum masuk bab ini saya memberi tugas anak-anak untuk membuat rambu lalu lintas dari karton. Bagaimana bentuknya tergantung kreasi mereka.

Di hari H, saya membagi kelas menjadi dua kelompok melalui undian dari kertas. Kelompok A dan B. Setelah membagi kelompok, kami berbagi daerah kekuasaan.

Kelompok A berada di utara sungai sedang kelompok B di selatan sungai. Tugas masing-masing kelompok adalah menyembunyikan harta karun yang sudah saya siapkan dan membuat petunjuk arah dari rambu-rambu lalu lintas. Lha harta karun ini harus ditemukan oleh kelompok lawan.

Yang paling sulit ditemukan dan memasang rambu-rambunya tepat adalah pemenang. Pemenang akan mendapat harta karun tersebut.

So, masing-masing kelompok berusaha menyembunyikan harta katun agar tidak bias ditemukan. Ada banyak trik yang mereka buat. Mereka membuat jalur melingkar dan berkelok-kelok yang dapat membuat lawan kesulitan, ada juga yang menyimpan harta karun di tempat yang tak terduga, atau membuat kesan kalau itu bukan tempat persembunyian si harta karun.

Berbicara harta karun, sebenarnya apa sih isi harta karun ini? Sebenarnya isinya sederhana, saya membelikan kue sejumlah anak dan membungkusnya di koran.

“Masing-masing kelompok siap?” tanya saya di lapangan atas.

“Siap!” jawab mereka serempak.

“Butuh waktu berapa menit untuk menemukan harta karun lawan?” tantang saya.

“Sepuluh menit,”

“Lima belas menit,”

“Pas nya berapa?” canda saya.

“Tiga puluh menit,” mereka menawar.

“Hadeuh, kok makin lama?” tanya saya.

Bila melalui reward anak-anak bisa menjadi lebih baik mengapa ada punishment?


Inilah yang menjadi acuan saya ketika mendidik. Perlu pertimbangan berulang kali ketika harus memberikan punishment. Pentingkah? Namun setelah beberapa tahun mengajar sepertinya punishment penting juga!

Tahun 2010, saya membuat bintang prestasi di kelas. Bintang prestasi ini terdiri dari tiga warna, hijau, kuning, dan merah. Penilaiannya tidak hanya kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotorik.

Warna hijau untuk anak-anak yang aktif, sopan, berani maju, berani tanya atau menjawab, dan yang dapat nilai di atas 80. Dengan kata lain ini adalah bintang prestasi.

Warna kuning untuk anak yang terlambat, seragam kurang lengkap, buku ketinggalan, dan yang alat tulisnya ketinggalan.

Sedang warna merah untuk yang hari itu mengganggu teman serta yang lupa mengerjakan PR.

Image

"Bu, anak kelas II dan III berantem, mereka gedor-gedor dinding!" lapor beberapamurid perempuan.

Dinding? Dalam hati saya berdoa, semoga mading kelas III tidak berantakan.

"Iya bentar lagi ibu ke sana," jawab saya, segera menyelesaikan koreksi.

Anakku, anakku...

Lima meni tkemudian, beberapa anak kelas III (saya wali kelasnya) datang ke kantor guru.

"Bu Fauziah, Bu Fauziah..,"

"Ya?"memasang wajah marah, bersiap mendengar curhatan mereka kalau baru berantem.

"Bu, tadi kami pijat gratis!" teriak Hilmi.

"Pijat gratis?" tanya saya.