twitter
rss



Memandangi anak-anak, bila poin itu bias dikatakan hobi, saat ini aku memilihnya untuk menjadi hobi.

Entah mengapa sekarang aku lebih sering memerhatikan mereka. Selalu ada saja tawa, meski sebenarnya hati ini gundah, deg-degan, dan khuatir. Bagaimana tidak?! Saat para guru sibuk mengeringkan lantai yang basah karena hujan, mereka malah asyik ‘memanfaatkan’ air itu untuk kejar-kejaran.

Melihat mereka berseluncur, berkejaran, hatiku was-was! Bagaimana kalau jatuh? Teratuk lantai ataupun bertubrukan dengan teman. Jujur Nak.. ibu khuatir.

Tapi ternyata wajah mereka tidak menunjukan rasa itu, mereka tetap riang berseluncur. Ehm…

Sampai akhirnya, kami membuat perjanjian. Mereka boleh tetap bermain asal tetap hati-hati dan dilarang menangis!

Tiga hari berteman air hujan yang bocor membuat kelas kami makin meriah! Belajar ditemani tetesan dari atap, bangku jadi lebih fleksibel (didesain guna menghindari tetesan), aku lebih sering di tengah-tengah mereka (karena bocor, posisi kelas melebar), dan anak-anak lebih senang lewat jalan yang basah…hahaha…

Sempat aku heran, mengapa mereka lebih suka lewat lantai yang tergenang air? Apa tidak risih ketika kaos kaki basah? Mereka benar-benar menikmati!

So selama musim hujan, kami para guru meminta anak-anak untuk melepas kaos kaki. Selain agar tidak bau, juga agar tidak kena penyakit air.

Anak-anak… selalu bisa memandang peristiwa dari sudut yang berbeda.

Hari keempat Alhamdulillah hujan tidak begitu deras, dengan kata lain tidak bocor dan tidak ada air yang tergenang. Syukur kupanjatkan pada Allah. Aku bias mendidik dengan lebih maksimal karena tidak lagi mengeringkan si air.

But… ternyata… anak-anak malah menjadi resah…

Saat istirahat, ada saja yang mereka lakukan! Tak sengaja numpahin air termos bekal dan mulai meratakannya di lantai! Uhhhfff.., kalau airnya sendiri nggak apa-apa, lha ini ada juga air bekal teman yang dipakai… parahnya pemilik air yang ‘tak sengaja’ ditumpahin merasa fine-fine saja… duuuuhhh…

So, acara berseluncur mulai menghiasi kelasku dan aku hanya bias memandangi mereka dengan tersenyum, meski juga kadang lebih banyak mengelus dada… hahaha…

“Kalau sudah main, dikeringkan lo ya…” pintaku.

“Iyaaa… “ sambil tersenyum.

Aku pikir, meminta mereka untuk membersihkan air akan membuat mereka urung untuk menumpahkannya. Tapi ternyata… untuk kesekian kalinya aku salah! Mereka malah berebut sapu pel (yang cuma satu) untuk mengeringkan lantai.

“Aku!”

“Aku!”

“Aku!”

Berebut…

“Gantian ya anak sholeh….”

Ehm… benar-benar dehh… kelasku ndak pernah sepi!

 

Hurriyah, penghujung November 2011


 

 

Mama, papa, adik, Bita saying sama mama, papa, dan adik. Papa jangan merokok lagi ya dan kalau kerja jangan pulang malam-malam ya papa. Aku meminta ini, agar papa sehat.

Mama, kalau buka toko sebelum adik mandi ya, biar duitnya banyak

Tsabita

Papa, Aysar punya hadiah kupu-kupu yang sangat indah

Aysar

Aku sayang mama, karena mama sudah melahirkan dan menyusuiku. Trus pas aku lahir, aku mennagis soalnya aku kedinginan, padahal ketika di perut mamaku rasanya hangat.

Aku janji akan membuat mama senang, aku akan membantu mama seperti menyapu, mengepel, membelikan belanjaan (sayur, ikan).

Aku juga punya adik yang lucu dan cantik. Adik membuatku jadi senang dan gembira. Aku juga saying ayah, soalnya ayahku baik, membelikanku hadiah macam-macam.

Tata

ada teori yang mengatakan bahwa ketika kita bermimpi, sebaiknya mimpi itu kita visualisasikan...

karena akan benar-benar terasa, dan insyaAllah menjadi kenyataan...

so.. yuk kita visualisalisasikan cmimpi-mimpi kita ....

Malang, 2011

Nak semoga gambar yang kalian buat setahun lalu menjadi kenyataan amin...











Alhamdulillah game hari yang pertama berhasil membuat anak mengerti deretan hari,  dapat menebak hari kemarin, lusa, tiga hari berikutnya, lima hari sebelumnya, dan lain-lain.

Permainan hari yang kedua semacam puzzle sederhana. Guru cukup menyiapkan beberapa pertanyaan beserta jawabannya (lebih jelas ada di gambar). Sekilas nampak mudah, karena mereka cukup memasangkan angka-angka yang sesuai. Dua hari ditambah empat hari sama dengan enam hari, lima hari ditambah empat hari sama dengan Sembilan hari, dan bla bla bla.

Kesulitan baru didapat ketika…

“Bu kok tidak pas?”

“Bu, kok sisa?”

“Bu, kelebihan,”

Siswa harus merangkai SEMUA angka dan tanda yang ada. Tidak boleh sisa ataupun kurang! Lha di sinilah butuh pemikiran lebih, siswa harus dapat memilih dan memilah angka untuk soal dan untuk hasil.

Agak lama memang, sempat membuatku ragu. Menunggu dan menunggu, memberi motivasi beberapa anak yang mau menyerah, dan Alhamdulillah ada yang bisa!









Semua guru pasti menginginkan yang terbaik bagi anak didiknya. Bercita-cita semua anak didik sukses dunia akhirat. Berupaya, membuat suasana belajar menyenangkan dan tidak terlalu menekan anak. Apalagi untuk anak kelas bawah, ehm..

Dan yang tak bias dipungkiri, guru juga manusia biasa, punya beragam urusan dan masalah. Merangkap pekerjaan sebagai istri, ibu rumah tangga, anggota masyarakat, PKK, belum lagi kalau dapat amanah di beberapa tempat. Ehm.. coba dibayangkan, betapa sibuknya beliau-beliau ini.

Kali ini, saya coba sharing pembelajaran sederhana yang menyenangkan, tidak perlu banyak modal, hanya kertas, double tip, dan rasa sayang pada murid-murid ^_^.

Langkah awal, kita membuat kartu kata dengan mengetik kalimat-kalimat sederhana (karena kelas 1 SD). Kalimat di sini, diupayakan yang positif d

an membangun. Mengapa? Karena ketika mereka enjoy mengerjakan, kalimat ajaib ini akan masuk ke alam bawah sadar mereka dan bias memotivasi. Selain itu, kata-kata positif ini juga bias menjadi doa lo..

Setelah kartu kata jadi, bagian belakangnya kita tempeli double tip. Selesai…

Next, anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok, tergantung jumlahnya. Sebelum permainan dimulai, kita jelaskan bagaimana prosedur/tata cara per

mainan dan aspek penilaian.

Setelah semuanya sepakat dengan perjanjian, permaian bias dimulai…

Bagaimana serunya…

Ini dia senyum anak-anak saya…









Seperti biasa saat istirahat tiba, anak-anak bermain, makan kue, membaca buku. Dan seperti bias, aku menjadi pengamat mereka ^_^.

Pagi itu ada sekelompok anak berlari-larian, mengitari sekolah yang belum 100% jadi. Senyum mengembang meski keringat bercucuran. Ada yang menubrukku, sembunyi di bawah meja, di balik papan, dan tempat lain. Hingga mereka kelihatan capek, berhenti, dan tertawa bersama.

Asyik-asyiknya mengamati, aku dikejutkan oleh salah satu dari mereka. Sebut saja dia Kayana, salah satu muridku yang pendiam, butuh adaptasi lebih lama unntuk dekat dengan teman-teman, dan lebih suka sendiri.

Hari ini dia berlarian dan bercanda dengan teman-temannya, hatiku girang. Bocah kecil itu mengeluarkan satu sachet wafer isi enam potong. Beberapa teman bergerombol minta. Dengan tersenyum dibagikannya wafer itu hingga bersisa hanya 2 potong. Yang belum kebagian 4 anak. Aku mendekati mereka.

Dalam hatiku, kasihan si Kayana tidak kebagian. Keringatnya mengucur deras, wajahnya memerah, sepertinya dia benar-benar capek.

“Mas minta tolong kalau minta tidak memaksa ya, kasihan Kayana belum kebagian,” ujarku pada beberapa anak.

“Karena tinggal dua, yang satu dibagi,” menyerahkan satu potong untuk tiga anak. Dan satu potong untuk Kayana.

Kayana menerima wafer itu dengan tersenyum, “kresh” dia membagi satu potong itu menjadi tiga bagian. Kemudian menyerahkan dua diantaranya pada teman yang lain. Dengan tersenyum dia memakan bagian terkecil dari wafer itu. Trenyuh aku melihatnya, dia yang membawa tapi dapat yang paling sedikit.

“Mas, nggak apa-apa?” tanyaku.

Ia menggeleng sambil tertawa. Kembali berlarian dengan teman yang lain.

Ehm.. ternyata ketidaktegaanku salah 100%! Aku tidak tega ketika Kayana mendapat bagian terkecil wafer. Namun berbagi malah membuatnya bahagia. Nak… nak… ada saja perilakumu yang membuat ibu terpana.

 

Di sela-sela istirahat 19 Oktober 2011


 

Salah satu bab untuk kelas satu SD adalah bagaimana cara merawat binatang. Seiring dalam kamus hidupku, ketika kita belajar sesuatu harus pula bisa memraktekannya. Begitu pula dengan tema ini, bagaimana anak-anak bisa praktik cara merawat binatang.

So, salah satu jawabannya adalah dengan membawa binatang peliharaan ke sekolah, mengenalkan namanya ke teman-teman, menjelaskan cara merawat, apa makanannya, menceritakan pengalaman ketika bermain dengannya dan lain-lain.

Awalnya aku merasa, ehm berat nggak ya? Namun ketika mendekati hari H setelah anak-anak menceritakan ini ke orang tua, ada banyak respon positif dari orang tua.

“Wah anak-anak semangat sekali Bu,”

“Bu, bagaimana kalau binatangnya ditinggal di sekolah, jadi nanti tiap hari mereka merawatnya,” saran wali murid. Wah luar biasa ini, harus jadi bahan pertimbangan.

“Ananda latihan terus ntar bicara apa saja pas di depan,” sip sip sip… bisa melatih anak-anak berani bicara di depan umum.

“Bu, Mas Huda alergi bulu binatang, bagaimana kalau khusus Mas Huda ndak usah. Soalnya nanti pasti akan keluar bentol-bentol merah di kulitnya,” aku berkerut.

“Ehm.. bagaimana kalau ikan Bu? Jadi Mas Huda tidak perlu memegangnya,”

Kami berdua berpikir, ehm.. apa nggak perlu saja ya?

“Bu, Fatimah, binatang peliharaannya ada di Banyuwangi. Dia ngotot mau bawa,” ujar Ummu Fatimah sambil tersenyum.

“Terus?”

“Kata abi nya mau diposkan, satu hari sampai,”

“Really?”

“Ndak lah bu, bercanda…” hahaha.

“Trus bagaimana Bu?”

“Fatimah masih ngotot,” menahan nafas.

“Sama abinya, diminta bagaimana kalau sekalian kebunnya di bawa ke Malang.” Hahaha.. bisa saja abu Fatimah ini.

Lain Fatimah, lain Ruqo’yah.

“Bu, binatang peliharaanku kambing, bagaimana Bu?”

“Ya, nggak papa, dibawa saja…” hahaha.

“Bawanya gimana?” tanyanya.

“Khan Mbak Ruqo’yah tiap hari diantar mobil,” hehehe.

Bercanda ma anak-anak memang tak ada habisnya. Langsung di hari H saja ya…

Pagi itu, kelas mungilku dikejutkan oleh berbagai macam binatang lucu, Cici kelinci, Hamster Ball, Kiki si Burung, Izza si hamster, dan teman-temannya. Buanyaaakk sih, jadi lupa nama mereka satu persatu.

Ketika pelajaran IPA berrlangsung, hampir semua murid ingin maju, yang biasanya malu pun semangat buat maju. Satu persatu mereka menerangkan cara memelihara binatang, pengalaman bersamanya, dan sebelum kembali ke tempat duduk teman-teman bertanya tentang binatang tersebut.

Ada buanyaaaakkk pertanyaan unik yang disampaikan.

“Jangkriknya umur berapa?” Doni yang ditnya cengar-cengir menatap ke arahku. Aku angkat bahu.

“Nama lengkap kelincimu siapa?”

“Cici,”

“Nama lengkapnya?”

“Ya Cici!” huahuahuaaaaa aku mringis mendengarnya.

“Kok kelincimu warnanya abu-abu ya? Mengapa nggak putih atau coklet?” aku dan Aca mengkerut ketika mendengar pertanyaan ini.

“Ada yang cokelat, si Vito, tapi sudah meninggal,”

“Lho kok bisa meninggal?”

“Nggak tahu aku, pulang sekolah dia sudah meninggal,” duuuuhhh.. nih anak lucu banget…

Ada lagi yang tak kalah unik, “Bu, ikanku belum kuberi nama?” aku menganggukan kepala, “ehm..pengalaman?” dia menggeleng.

“Kok?” aku berkerut.

“Baru tadi belinya,” sambil tersenyum.

“Ok, mau presentasi sekarang atau pertemuan berikutnya setelah mempunyai pengalaman bersama si ikan?” tanyaku.

“Pertemuan berikutnya,”

“Sip, dipelihara dulu ya ikannya,” dia mengangguk.

Inilah salah satu yang kusuka dari anak-anak, jujuuuurrr dan polooosss..hehehe.

Mau tahu gimana serunya?

Cekidot gambar di bawah ini…







 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 





 

“Bu Fauziah ada-ada saja!” protes muridku ketika kuminta menghitung awan, pohon kelapa, pohon pisang, buah pisang, dan bambu pagar.

Aku hanya tersenyum, melihat asyiknya mereka menghitung benda-benda itu. Ada yang langsung menulis, ada yang benar-benar menghitung, ada yang bolak-balik karena merasa tidak sama dengan teman-temannya.

“Awannya ada 33, kamu kok 50?”

“Lha aku hitung 50,”

“Punyaku 40,!” tak kupingkiri, aku tersenyum mendengarnya.

“Bu, yang benar yang mana?” menoleh ke arahku.

“Yang mana ya?”

“Bu Guruuuuuu, selalu deh!!!” memukul lembut ke arahku.

Ada yang ribut soal awan, ada pula yang pagar.

Anak-anak cerdas itu kuminta menghitung banyaknya bambu pagar yang dibuat untuk mengelilingi sawah. So bisa dibayangkan beberapa anak, berbaris sambil menghitung bambu itu satu-satu. Aku jaga-jaga di paling ujung, memastikan anak yang sudah tahu duluan tidak memberitahu yang lain.

“Bu, bambunya sepanjang itu yang dihitung?” aku menganggukan kepala. Mereka menarik nafas panjang.

“Selalu deh! Tugas dari ibu aneh-aneh!” hehehe maaf ya Nak, ibu ingin melihat cara kalian berpikir ^_^.

Awan, pagar, lain lagi ceritanya ketika menghitung buah pisang yang ada di pohonnya.

“Bu, pisang yang sebelah sana tidak kelihatan,” mengerutkan dahi.

“Aku bias mengira-ngira,” sahut yang lain.

“Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, yang di bagian belakang itu berapa ya?” menghentikan hitungannya.

Ada juga yang protes, “Bu aku ngawur saja ya jawabnya,” jyaaa…

Ini karena meraka belum boleh turun ke sawah (suatu hari nanti kita turun ke sawah rame-rame ya). Dengan kata lainnya menghitung dari balik pagar bamboo dekat lapangan sekolah. Dari balik pagar saja mereka dah heboh, apalagi kalau terjun ke sawah.. hehehe…

“Ok deh yang kesulitan, boleh menghitung tandan pisangnya saja”

Pengalaman di atas adalah kisahku bersama anak kelas 1 SD ketika belajar berhitung. Maklum kelas satu, kan harus pakai benda konkret. Dan menjadi anugerah tersendiri, SD kami berada di dekat sawah. Ehm.. banyak sekali manfaat yang bias didapat dari cara sederhana itu. Mengetahui cara berpikir kreatif anak-anak, semakin dekat dengan mereka, bias menghirup udara segar, menikmati pemandangan sawah, perhatian dengan alam, dan …. Ada yang mau menambahkan? Silahkan.

Selamat berkreasi guru kreatif.

Malang, September 2011



Merenung, berpikir, mencari jalan keluar. Enaknya ngapain ya? Aku memikirkan tugas untuk materi kerukunan antar keluarga. Tugas yang unik yang bisa membuat keluarga rukun dan romantis. Hahaha…

Pandanganku terpaku pada seorang murid yang membuat cap tangannya di kertas.

Aha…

Akhirnya kutulis tugas rumah hari itu adalah membuat cap tangan dan cap kaki semua anggota keluarga di atas kertas. Bisa dibayangin bagaimana serunya?!

“Bu, adikku masih bayi,  nanti dia rewel,” sahut Aca.

“Tugas ini dikerjakan bersama keluarga, jadi Mbak bisa minta tolong mama dan papa,”

“Bu kaki ayahku besar, nanti kalau kertasnya tidak cukup bagaimana?”

“Benar juga,” batinku.

“Ok, kalian bebas menggunakan kertas apapun,”

“Horeeee…”

“Bu, kalau orang tuaku tidak mau bagaimana?”

“Lha itu tugas kalian untuk merayu orang tua…” hahaha

“Ibuuuuu!!!”

Nggak nyentrik, nggak seru! upss…

Di hari pengumpulan, banyak sekali pengalaman seru yang mereka ceritakan.

“Ini yang megangi adik bayi papa, yang nggambar mama,” romantis kan? Hehehe.

“Mas yang menggambar kaki abi ini siapa?”

“Aku dan ummi,” ujarnya sambil tersenyum. Senang mendengarnya.

“Bu, akhirnya aku bisa menggambar tangan adik pas tidur!”

“Hebat,” pekikku. Sesuatu yang histeris harus dijawab dengan lebih heboh lagi, agar mereka senang.

Ada lagi kisah yang membuatku memegang kaki ups perut. Pagi itu ada salah satu muridku ke sekolah yang menunjukan kalau tangan dan kakinya berwarna pink.

“Kenapa mas?”

“Buat tugas cap tangan dan kaki,” sambil menyerahkan beberapa lembar cap tangan dan kaki anggota keluarga.

“Ooowww…”

“Bagus ya Bu,” aku menganggukan kepala mantab.

Umminya mendekatiku, “Bu tugasnya benar atau salah? Karena menurut saya, cap kaki ya kakinya di cap,” segera kujawab benar. Ini adalah orang tua terkreatif.

“Capnya pakai apa bu?”

“Pewarna makanan,” sambil tersenyum.

“Wah keren!” sahutku.

Ibu berjilbab itu, memegang tanganku sambil tersenyum kemudian tertawa, “Abi nya lucu bu,”

“Ada apa?” penasaran aku dibuatnya.

“Ketika sholat jamaah di masjid, jamaah lain bertanya-tanya mengapa kaki abi berwarna pink…” otomatis aku ikut tertawa.

“Trus dijawab apa Bu?”

“Dia menjawab, ndak papa pak, demi anak-anak,” kami berdua tertawa lepasssss… hahaha.. jawaban cerdas.

Uhhhffff… ternyata ndak hanya membuat keluarga makin akur, tapi juga bias membuat langsung terkenal. Hehehe ups…

“Bu, afwan nggih,” ucapku sebelum kami berpisah.

“Ndak papa-papa bu,” sambil terus tersenyum. Aku pun berusaha unntuk tidak terus-terusan senyum.

 

Malang,  September 2011

MENGUAK RAHASIA KEISTIMEWAAN JAHE SEBAGAI MINUMAN PENGHUNI SURGA


(PEMBAHASAN QS. AL-INSAN 17-18)


Gusti Aisyah Putri dan Fauziah Rachmawati


 




  1. A.    Latar Belakang


Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe (QS Al-Insan [76]: 17-18), apa keistimewaan jahe sehingga dipilih sebagai campuran minuman untuk penghuni surga? Tidakkah ada minuman yang lebih pantas sebagai minuman surga.

Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, merupakan mukjizat Nabi Muhammad yang paling besar. Kitab ini tidak hanya berisi tuntunan ibadah dan hukum-hukum agama atau fikih semata, melainkan juga ekonomi, kesehatan, bahkan IPTEK.

Dalam salah satu video ”Ultimate Debate” mempertanyakan keilmiahan Al-Qur’an atau Bible, pihak ilmuwan Islam menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisikan SIGN (pertanda) bukan SCIENCE (ilmiah). Kedua kata tersebut memiliki pelafalan yang nyaris sama, dengan hanya sedikit perbedaan. Artinya adalah, Al-Quran bukanlah kitab yang berisi teks-teks ilmiah yang disajikan per-bab dan mengikuti metode penulisan ilmiah. Keilmiahan Al-Qur’an disajikan secara tersirat dalam beberapa ayat kauniyahnya dan umat Islamlah yang harus mencari apa maksud dari pertanda-pertanda tersebut.



Ketika kelas dimulai, tentunya kondisi masing-masing siswa beragam. Ada yang sudah merasa siap belajar, sebagian yang lain merasa jenuh, dan sejumlah besar lainnya akan berperan menjadi penonton yang menunggu melihat ‘acting’ guru.

Rasanya mustahil, jika seorang guru di sekolah menganggap bahwa saat kelas akan dimulai, maka setiap murid sudah seharusnya siap menerima pelajaran. Ini adalah tugas guru.

Kondisi murid saat memulai kegiatan dan proses belajar sangat memengaruhi kemauan dan kemampuannya dalam mempelajari sesuatu. Dalam kondisi pikiran yang buruk, mereka akan sulit menyerap informasi ataupun pelajaran, bahkan pelajaran itupun akan berasosiasi dengan hal yang buruk.



“Fik..ayo lari..!” teriakku.

“Ntar, aku nyiapin lagu buat nanti,” katanya, tetep pada posisi jalan santai ma Uyun.

“Lebih baik nggak telat, jadi nggak nyanyi!,” ujarku.

“Dah kamu duluan..” katanya.

“Ok.. sorry ya..” teriakku.. akupun meluncur menuju kelas. Masih ada waktu tujuh menit. Kupercepat lariku. Semoga tidak ada hukuman menyanyi di depan kelas. Apalagi ini di hari pertama aku kuliah. Uhf… mata kuliah yang member hukuman menyanyi bagi mahasiswanya yang terlambat.

Tapi….

Ketika…

Kubuka pintu kelas…

Teriakan penghuni ruangan itu berteriak.., “Zie..nyanyi!” sambil tepuk tangan.

Hwua.. tidak.. bukankah masih tiga menit lagi?

“Maaf Bu, bukankah masuknya pukul 15.45?” tanyaku.

“Siapa bilang? Masuknya jam berapa?” bertanya pada teman-teman mahasiswa.

“15.30!” jawab teman-teman serempak.

Hwua…

“Bu, saya tidak bisa menyanyi,” kataku penuh harap.

“Bisa nggak bisa, yang penting nyanyi. Nyayi apa saja,” hiks hiks.. aku berdiri bersama Ingkang dan Fetty. Tak lama kemudian Nampak Uyun dan Fika. Kedatangan mereka disambut sorak sorai teman-teman sekelas.

Hwua nyanyi apa? Aku paling nggak hobi nyanyi! Sebenarnya suka sih, tapi aku nyadar diri. Percaya ndak percaya pasti ayam-ayam akan berlarian ketika mendengar suaraku, bebek akan bersembunyi dan melindungi gendang telinganya. Dan hebatnya lagi, kaca-kaca pasti bergetar ketika lisan ini mengalunkan syair-syair penuh makna itu.

“Nyanyi..nyanyi…nyanyi…” teriak teman-teman.

Kuambil nafas dalam-dalam… hembuskan. Kuulang sampai beberapa kali.

“Nyanyi apa ya?”

Beberapa dari teman-teman mengajukan judul lagu-lagu terkini. Dengan tenang kujawab, “ndak hafal,”

Ada yang neyeletuk “Dah lagu kebangsaan saja,”

Wah ide bagus tuhh! Selain teksnya sedikit, juga lagu-lagu itu dah kupelajari dari kecil.

Kupasang senyum dan kutundukkan kepala sedikit, tak lupa kupelankan suara. Lisanku mulai menyanyikan lagi Garuda Pancasila. But… mengapa di tengah-tengah aku lupa syairnya. Aku terdiam… dibarengi tawa teman-teman.

“Yang lain,” teriak mereka.

Kembali dengan sikap seperti patung aku mencoba menyanyikan lagu Padamu Negeri. Awalnya lancar..tapi mengapa aku lupa lagi! Piuh jadi ilfiil.

“Masak guru lupa lagu kebangsaannya sendiri?” yanya dosenku. Aku hanya bisa nyengir. Heran juga mengapa tiba-tiba lupa ya. Apa ini karena aku nervous? Padahalkan di sekolah aku pelatih upacara. Otomatis sebagai pelatih paduan suara juga. Hua… mengapa aku benar-benar ndak ingat teksnya?

Satu lagu lagi kucoba Satu Nusa Satu Bangsa. Alhamdulillah lancar! Tak kusia-siakan saat itu, saat dimana aku segera mencari bangku kosong, duduk dan menyembunyikan wajah malu-ku.

Ingatanku melayang pada tragedy beberapa minggu yang lalu, saat diri ini berulang kali aku melobi agar tidak menjadi pelatih upacara. Siapa aku? Nyanyi nggak bisa, baris ntar tertiup angin, tinggi ngepres, suara kecil tinggi, uhf… but mengapa yang dipilih aku?

Saat itu aku melatih upacara anak-anak kelas lima. Alhamdulillah bagian protokol, pembaca UUD 1945, pembawa bendera, dan pemimpin upacara sudah siap, mereka menujukan tampilan yang membanggakan. Tapi ada satu yang masih membuatku urung membuyarkan barisan itu, paduan suara!

Saat itu paduan suara tidak hapal lagu kebangsaan yang akan dinyanyikan di bagian terakhir upacara. Kami mencoba beberapa lagu, tapi…

“Minta tolong, semuanya menghafalkan lagu kebangsaan ya. Ada waktu satu hari dan ibu harap hari senin semuanya hapal,” pintaku.

Mereka serempak menjawab “ya”

“Zie, dengerin! Jangan ngelamun saja,” teman di sebelah membuyarkan lamunan.

“Nak, sepertinya Ibu harus mengulang hapalan juga deh,” batinku.

Kurasakan ada bintang-bintang di sekitar kepala.

Sumberpucung, 2006



Jadi guru memang susah-susah gampang. Apalagi kalau selain menjadi guru kita juga punya aktivitas lain. Pasti bakal sibuk banget. Hal ini kualami ketika PPL. Saat pertama mengajar, aku merasa sangat gembira, senang, bersemangat, takut, grogi dan sederet perasaan lain yang sulit diungkapkan lewat kata-kata.

Maklum pengalaman pertama ketika harus menghadapi anak-anak SD yang punya sederet sifat unik. Semua perasaan rasanya jadi satu. Hingga membuat dada berdebar kencang, tangan berkeringat, lutut bergetar serta mulut yang sulit diajak kompromi.

Namun, “Saat pertama begitu menggoda, selanjutnya ….saya ketagihan ingin mengajar terus.” Jadi walaupun bukan giliran saya ngajar, saya ikut teman lain yang mendapat giliran mengajar, biasa untuk menambah pengalaman dan agar lebih mengenal murid.

Adabanyak kisah menarik tentang kegiatan mengajar mengajar. Mulai dari yang menyenangkan sampai yang memprihatinkan. Semua butuh proses hingg akan berjalan lebih baik dari sebelumnnya.

Adacerita teman-teman yang kalang kabut dalam mengatur murid.Adakisah mahasiswa yang sibuk menghapal materi agar siap saat mengajar (khusunya IPS).Adakomentar guru yang bingung memilih strategi dan alat peraga saat mengajar. Ini untuk minggu pertama kami PPL. Minggu berikutnya…lebih lancar. Biasa belajar dari pengalaman dan bertekad untuk menjadi lebih baik. Segala kekompakan, kebersamaan, saling membantu dan melengkapi semua kami timbun dalam hati agar tak hilang.

Jika kita mau membuka mata tanpa prasangka terhadap dunia pendidikan yang berkembang saat ini, kita akan melihat sebuah fenomena pendidikan yang khas, salah satunya PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan).

Dalam pembelajaran PAKEM, salah satu cirinya siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh pengalaman belajar melaui berbagai sumber jadi tidak hanya satu buku tapi banyak buku, tidak hanya yang ada di dalam kelas melainkan semuanya yang ada di sekitar murid.

Dan agar proses KBM berjalam dengan menyenangkan biasanya guru mempunyai metode tertentu yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.Paraguru harus menguasai hal ini. Selain itu yang dinamakan belajar tidak hanya di dalam kelas saja. Kita bisa keliling kampung, sawah, pekarangan, sampai pergi ke museum, candi dan tempat-tempat yang mendukung materi pelajaran. Jadi anak bisa enjoy, tidak ada lagi kesan belajar yang membosankan.

Terus untuk meminimalisir kesulitan menghapal, biasanya kami membuat lagu-lagu yang berisi pelajaran.Adabanyak lagu yang tercipta. Sebenarnya nadanya sama dengan lagu anak-anak yang adam hanya teksnya saja yang diubah. Selain unik, anak-anak juga bias menyanyikannya setiap waktu sampai hapal.

Sampai suatu ketika teman saya membuat lagu ‘jantung’ yang berasal dari lagu menanam jagung.

Jantung

Ayo kawan kita belajar

Peredaran darah di tubuh kita

Adajantungnya, ada darahnya, dan satu lagi pembuluh darah

Jantung jantung di rongga dada

Jantung tersusun dari empat ruang

Jantung jantung penting bagi kita

Jantung berfungsi memompa darah

Hal ini membuahkan inspirasi di otakku, akupun tertarik untuk ‘membuat’ lagu juga. Sebuah lagu tentang penggolongan binatang.dengan menyadur lagu naik delman

Ayo kawan kita belajar jenis binatang

Yang pertama herbivora pemakan tumbuhan

Yang kedua karnivora pemakan binatang

Yang terakhir omnivora pemakan daging

Hey…

Itulah nama-nama penggolongan hewan

Herbivora, karnivora dan omnivora

Beberapa murid tersenyum dan menirukan lagu tersebut.

“Bu boleh dicatat?”tanyanya.

“Tentu saja boleh,” jawabku.

Akhirnya mereka mencatat lagu tersebut dengan wajah ceria. Ehmmm ternyata menulis lagu itu susah-susah gampang ^_^.

Bareng, 2006

free counters
Free counters



By Aisyah Azahra

Kelas 1 SD Islam As Salam Malang

Sapi-sapi di tanah

Diam-diam memakan

Datang seekor rumput

Hap lalu dumakan

By Maurice Shafina Hanum HE

kelas 1 SD Islam As Salam Malang



Kau lucu sekali

Terbang kemana-mana

Warnamu sangat indah dan juga bagus

Sayapmu sangat indah

Aku tersenyum melihatnya mau masuk kelas, akhirnya setelah tiga minggu penantian, tiga minggu berusaha dengan banyak cara, baca buku, dan konsultasi.


Setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri, termasuk dia, ehm kita sebut dia Si Hebat. Bocah imut kelas 1 SD yang butuh banyak waktu untuk adaptasi dengan lingkungan. Pertama kami bertemu kalau tidak salah ketika tes penerimaan siswa baru. Sudah menjadi kebiasaan ketika bertemu dengan siswa baru aku selalu sok kenal, tanya keluarga, hobi, cita-cita, bahkan mencandainya. Kebanyakan dari hasil SKSD ini, mereka jadi dekat dan tak sungkan curhat denganku. Namun Si Hebat, dia sepertinya tak ingin kucandai, lebih suka diam daripada mengobrol denganku. Aku pun tak memaksa, aku bebaskan dia dengan ‘dunia’nya.


Pernah, untuk menghiburnya satu guru mengajak dia naik sepeda berkeliling kota! Ada pula yang lucu, saat itu aku sedang mendidik dan dia menangis ingin pulang. Teman guru merasa kasihan melihatku yang harus menambah volume suara ketika menerangkan, beliau menawarkan untuk mengajak Si Hebat jalan-jalan. Aku mengiyakan.


Namun ketika beliau kembali, kok Si Hebat nggak ada? Kutanyai, eh.. ternyata diantar pulang! Gloghak! Shok aku dibuatnya!


“Kok dibawa pulang sih pak?”


“Lha dia minta pulang, saya bingung Bu,” Jleb… aku nggrundel sendiri!


Next… aku mencoba mengorek apa yang ia sukai. Ternyata dia suka menggambar. Aku pun selalu menyiapkan kertas gambar dan pewarna untuk menarik perhatiannya. Alhamdulillah berhasil, meski hanya beberapa hari saja. Setelah itu, seperti semula, ia tak ingin masuk kelas, menangis, dan ingin pulang. Oh iya, dia berani masuk kelas jika ditemani sang mama. Namun orang tua pasti punya kesibuka dan ketika di sekolah Si Hebat adalah tanggung jawab kami sebagai guru.


Minggu pertama, sepertinya hasil belum memuaskan. Strategiku tak berhasil 100%!


Satu minggu KBM berjalan, kami semua guru mendekatinya dengan berbagai cara, tapi belum ada yang berhasil! Hampir setiap hari dia selalu minta pulang! Sebagai wali kelas, sungguh ini adalah tantangan tersendiri. Apalagi dari semua guru, aku yang belum menikah, alias pengalaman mengurus anaknya jauh kurang sekali dari guru lain.


Berpikir, merenung, aku memutuskan untuk ‘membiarkan’ dia bermain di depan sekolah. Semoga dengan bermain pasir daya kreatifnya keluar. Sambil bermain, jika sedang tidak mengajar aku selalu mengajaknya ngobrol, menanyainya tentang banyak hal. Ini berlangsung beberapa hari. Amanah yang membuatku sempat pusing karena memikirkan bagaimana dengan pelajarannya nanti? Dia pasti ketinggalan. Saat itu aku hanya bisa membawa namanya dalam doa, mendoakan agar dia mau dekat denganku, masuk kelas, dan belajar.


Alhamdulillah berhasil! Benar-benar dia menjadi dekat denganku. Tapi memasuki hari ketiga, aku bingung, kedekatan ini patut disyukuri atau diapakan? Setiap kali datang ke sekolah, pertama yang dicari adalah diriku, dia akan menangis kalau tidak mendapati Bu Fauziah. Trus, karena aku mendapat amanah di kelas dua juga, dia pasti ikut aku masuk kelas 2. Ah paling tidak dia mau masuk kelas dulu.


Ok, masuk kelas sudah mau, meski kadang juga lebih suka main-main hehehe. Sekarang bagaimana agar dia mau belajar? Pikiranku berkecamuk. Usaha dan doa tidak putus-putus kupanjatkan.


Tak jarang aku selalu bersembunyi agar dia tidak ‘bergantung’ dan bias dekat dengan guru lain. Hasilnya dia menangis dan memanggil namaku. Ndak tega dengarnya… hal ini berlangsung beberapa hari.


Berpikir terus berpikir, pastinya ada penyebab mengapa dia seperti ini. Aku menanyakan latar belakang Si Hebat ke mamanya. Ternyata dulu ketika hamil Si Hebat, beliau bertengkar hebat dengan suami, mengalami depresi, tekanan batin yang sangat, bahkan dibawa ke dokter syaraf dan disuntik tanpa sepengetahuannya. Merinding aku mendengar cerita perempuan single parents itu.


Mengetahui latar belakang itu, kami semua guru mencoba untuk lebih perhatian dengan Si Hebat, tidak terlalu memaksanya, mengajaknya main dengan sesekali mengaitkan permainan dengan pelajaran. Namum setelah evaluasi hal ini tidak sepenuhnya bagus! Bagaimanapun dia harus mau masuk kelas dan belajar.


Jujur aku bukan orang yang tega dengan tangis anak-anak. Dan dalam masalah ini aku harus tega. Satu hari aku melakukan percobaan, membiarkan dia menangis sambil terus mengikuti langkahku ketika menerangkan di kelas. sepuluh menit sampai tiga puluh menit kelas kami dipenuhi backsound suara tangis. Memasuki pelajaran berikutnya dia mendekatiku, aku memeluknya, dia sesenggukan duduk di tempat dudukku dan mengikuti pelajaran. Kasihan dia, sepertinya capek. Hiks.. maafkan ibu ya Nak.


Alhamdulillah dia mulai mau masuk kelas, meski belum ikut pelajaran. Aku agak lega. But… ini pun tidak berlangsung lama! Dia kembali ke aktivitas semula: bermain pasir.


MasyaAllah, keningku kembali berkerut. Jurus apalagi ya? Banyak waktu kuhabiskan untuk nonton film pendidikan: Taare Zameen Par, 3 idiots, Beatiful Mind, Dead Poets Society, Diary of a Wimpy Kid, Karate Kid, Laskar Pelangi, Alangkah Lucunya Negeri Ini, Miracle Worker, I'm Not Stupid!!, The Kings Speech, dll.


Bukan hal yang mudah tapi pasti aku bisa! Menjadi wali kelas dengan sekitar tiga anak belum lancar membaca, satu anak ADHD, ditambah si Hebat. Bismillah! Tak ada beban tanpa pundak ini yang kutanamkan, meski kadang juga aku puyeng. Hehehe…


Sampailah pada hari Jum’at 5 Agustus 2011 diri ini bertemu dengan pak Dian, bapak Pembina FLP yang berkecimpung di NLP. Kuceritakan Si Hebat ke Beliau, tidak detail hanya masalah adaptasi dan penyebabnya. Inilah yang kusuka dari NLP, tidak banyak mengorek masalah tapi focus pada solusi.


“Gampang itu Mbak,” ujar beliau.


“Mbak minta orang tuanya minta maaf ke Si Hebat,”


“Mamanya?” tanyaku.


“Ayahnya bagaimana? Mamanya tertekan karena?”


“Sepertinya suami Pak,”


“Kalau begitu ayahnya juga,”


“Hanya minta maaf?” tanyaku. Beliau mengangukan kepala.


“Ada pengalaman hampir sama, seorang ibu bertengkar hebat dengan suami ketika hamil satu bulan. Ketika bayi itu lahir dan tumbuh besar, dia juga hamper sama dengan Si Hebat. Orang tua pun minta maaf dengan si anak. Anehnya si anak ingat dengan pengalaman ketika dia masih berumur janin satu bulan!” Subhanallah, aku manggut manggut mendengar nasehat beliau.


Keesokan harinya, ketika bertemu dengan mama Si Hebat, kusampaikan hal ini, beliau menerima masukan dan berjanji akan minta maaf. Satu hal menggembirakan adalah ternyata sang ayah minggu itu mau jenguk juga.


Senin, satu hal luar biasa terjadi! Si Hebat sama sekali tidak menangis! Dia duduk manis di kelas. Alhamdulilah.. hal yang lain menggembirakan adalah dia mendapat nilai 90 dan 100 untuk mata pelajaran yang kubina!


Dari pengalam di atas, aku jadi belajar banyak hal



  1. Maaf: kata sederhana yang sarat makna…

  2. Menjaga keadaan lahir dan batin ketika hamil. Masyallah begitu besarnya pengaruh keadaan si ibu terhadap si janin. Yang terpenting bagi ibu hamil adalah ada orang yang memotivasinya, membesarkan hatinya, orang yang selalu bersamanya, membantunya. Untuk semua ini yang paling berpengaruh baginya adalah suaminya. Sebab banyak dari kasus naiknya kadar gula, tekanan darah dan yang lainnya, terjadi pada kehamilan pertama lebih banyak daripada pada kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya. Disamping jika ia rutin konsultasi dengan dokter, bisa menenteramkan jiwanya, membesarkan jiwanya untuk siap melakukan persalinan secara normal. Jadi ingat pengalaman Mbak Helvy ketika hamil Faiz, Bu Yoyoh Yusrohm dan Ibu yang memiliki anak penghapal Al-Qur’an. Bismillah, semoga kita –para wanita- bisa menjadi ibu terbaik bagi generasi yang akan membawa perubahan kebaikan negeri ini. Amiin…

  3. Kuatnya pengaruh doa guru terhadap murid. Terkadang kita mungkin kurang sabar jika menghadapi murid yang uaktiiifff banget. Ada guru yang marah, memukul, atau membentak. Hal ini mengingatkanku pada kisah Rosul saat ditanya pemuda “Rosulullah bolehkah aku berzina?” para sahabat geram mendengar pertanyaan orang itu. Nggak sopan banget sih? Namun apa yang dilakukan Rosul? Beliau meminta pemuda itu mendekat dan bertanya, “Apakah kamu punya ibu?” tanya Rosul, pemuda itu mengiyakan.


“Coba bayangkan kalau ibumu dizinai,” Rosul bertanya dengan lembut. Dengan lantang pemuda itu menjawab tidak.


“Apakah kamu punya saudara perempuan?” sekali pemuda itu mengiyakan. Rosul kembali bertanya, “apakah kamu rela jika saudara perempuanmu dizinai?” pemuda itu menjawab tidak.


“Tahukah kamu, bahwa bisa jadi perempuan itu mempunyai anak atau saudara laki-laki yang tidak rela jika saudara atau ibunya dizinai.” Pemuda itu akhirnya tersadar, dan setelah itu Rosulullah mendoakan pemuda ini agar terjauh dari fitnah zina. Maaf lupa detail riwayatnya…


Di sinilah kekuatan doa pada murid, doa yang berbeda bagi masing-masing murid. Banyak hal ajaib setelah kupraktekan trik ini. Beberapa anak memanggilku sama dengan sebutan ortunya di rumah, ummi, bunda, ibu, dan lain-lain. Selain itu, mereka tak sungkan untuk curhat ^_^.



  1. Ada5 kategori bahasa cinta kasih yang biasanya digunakan oleh anak-anak. Kelimanya adalah sentuhan fisik, kata-kata penegas, waktu bersama yang berkualitas, hadiah, dan pelayanan. Ini yang perlu ditekanka, ada saatnya guru dekat dengan murid, juga ada saatnya mereka harus patuh. Ketika rasa sayang itu datang dari hati, anak pasti bias merasakannya juga. Tak jarang mereka berlebihan perhatiannya.

  2. Kemampuan setiap anak berbeda, harus sabar euy…

  3. Anak: benar-benar sekolah kehidupan yang tak habisnya.


 


Mamahami dan mengenali bahasa cinta kasih yang dipergunakan oleh anak akan memudahkan kita mendidik anak-anak. Karena.....
Jika anak merasa dicintai,
Ia akan memandang dunia dengan bersahabat.


 


Senin, 8 Agustus 2011


 



By Maulana Akbar

Kelas 1 SD Islam As Salam Malang

Kulihat pulau

Dihiasi pantai-pantai

Diterjang ombak dan gelombang laut biru

Ada Soka, Tanah Lot, Kuta, Tanjung Benua

Itulah pulauku pulau dewata yang indah selalu



By Naufal Hilmi

Kelas 1 SD Islam As Salam Malang

Aku seorang muslimin

Mempunyai akhlak mulia

Kalau berjalan tawadu’

Aku seorang muslimin

By Muna Azizah


Kelas 1 SD Islam As Salam Malang


Dug dug dug


Bunyi bedug di dalam masjid


Ayolah kita tegakan sholat


Janganlah lupa ajak kawan-kawan


Agar semua bisa masuk surga

By Sirin Areta Wibawa


Kelas 1 SD Islam As Salam


 


Aku adalah siswa As Salam


Selalu rajin tak pernah malas


Belajar ngaji tegakan sholat


Beramal sholeh tuk masuk surga


Tralala lalalala


Tralala lalalalalala



Hampir setiap satu bulan sekali aku selalu menentukan target-target yang harus kucapai. Ini kulakukan sebagai usaha agar lebih produktif dan tidak menyia-nyiakan waktu. Penentuan target ini tidak hanya kuterapkan untuk diri sendiri, tapi juga untuk murid-murid.

Untuk kelas yang kubina (kelas 1), ada target khusus dan target umum. Target khususnya bervariasi tergantung dari kemampuan masing-masing anak. Sedang target umumnya adalah hapalan Al-Qur’an, cinta membaca, cinta menulis, dan Enterpreuner. Target penghapal Al-Qur’an dipandu oleh seorang havidzah, yaiyalah diriku belum kompeten kalau masalah hapalan. Hehehe... jadi aku fokus pada tiga target lainnya.

Ada buanyaaakk pengalaman unik terkait target-target ini. Pertama target cinta membaca, ini kulakukan dengan cara memberi contoh kalau membaca itu mengasyikan. Kadang kalau tidak ada jadwal mengajar aku bisa terpekur sendiri membaca, beberapa murid mendatangi, “Ibu kok asyik banget sih?” tak lama kemudian dia duduk di sampingku untuk ikut membaca. Sharing cerita keren, tukar info judul buku yang pas buat mereka, saling pinjam-meminjami buku, dan membiasakan diri dengan hadiah buku.

Alhamdulillah hasilnya, hampir semua anak selalu membawa buku bacaan ke sekolah, saling pinjam meminjam, bahkan ada yang membelikan buku untuk sekolah J. Namun ketika rapat walimurid berlangsung, ada yang mengeluhkan, “Bu senang sekali ketika melihat anak saya senang membaca. Tapi karena keasyikan kadang dia lupa pekerjaan yang lain. Minta tolong diingatkan ya Bu,”

“Bu, anak saya sekarang selalu menunggu-nunggu akhir pekan, karena saat itulah saya mengizinkan dia membaca buku. Setiap akhir pekan dia selalu mengambil banyak buku di almari, menyebarnya, dan membaca,” wow sampai ada yang membaca pun di waktu khusus!

“Bu, minta tolong anak saya ditegur agar tidak menyebar buku di lantai ketika membaca. Kadang kalau keasyikan juga lupa waktu.” Glodhak... sepertinya aku over dosis deh nyebarin virus membacanya. Hehehe...

Salah satu hal yang menggembirakan adalah ketika ada anak yang kemampuan bacanya melebihiku. Tiap minggu ia pinjam 4-6 buku di perpusatakaan kota. Kok bisa? Padahal jatah pinjam perorang tidak sebanyak itu buku. Ya, dia memakai kartu perpus ummi dan abinya. Ehm... dan menjadi kebiasaanku setiap hari Jum’at selalu menggempur isi tas nya untuk ikut baca buku yang ia pinjam. Jum’at adalah jadwalnya untuk ke perpus.

Virus membaca sukses, meski ada yang overdosis ^_^, sekarang ganti virus menulis. Bagaimana caranya? Sering aku memamerkan buku yang ditulis anak seusia mereka, memberi motivasi kalau sebenarnya mereka pun bisa menulis buku sendiri, juga ‘memaksa’ dan memberi mereka tugas menulis. Awalnya mereka merasa berat, nulis lagi nulis lagi hehehe. Nulis yang tak sekedar nulis, aku selalu memberi mereka batas minimal dan tidak boleh ada kata yang sama yang letaknya berdekatan. Misalnya mereka terbiasa memakai kata lalu, lalu, lalu, lalu, terus, terus, terus, terus. Lha ini bisa disealng-seling dengan menggunakan kata kemudian, setelah itu, selanjutnya, dan kata lainnya.

Untuk variasi kugunakan beberapa game penulisan, misal puisi dan cerpen berantai, detektif yang sedang menyelidikan, estafet kata, dan lain-lain. Oh iya, selain menulis mereka juga kuminta memvisualisasikan apa yang mereka ceritakan, misalnya dengan membagi dua lembar A4, sebelah kiri kotak untuk gambar dan sebelah kanan cerita mereka. Untuk pemanasan mereka kuminta menceritakan ingin menjadi apa mereka kelak. Subhanallah jawaban anak kelas satu ini beragam.

Fayyas ingin menjadi ilmuwan, selain menjelaskan proses pembuatan robot rancangannya, ia juga menggambar robot unik itu. Azizah ingin menjadi pemilik rumah sakit, ia menggambar desain rumah sakit beserta fasilitas di dalamnya, Eca ingin menjadi guru, digambarnya perempuan berjilbab sedang menerangkan matematika di depan kelas. Asiya ingin menjadi pembuat fim anak, ia menggambar perempuan sedang sibuk di depan komputer, Rey ingin menjadi pemain bola, ia menggambar lapangan sepak bola yang berisi gambarnya dan teman-teman satu kelas melawan Malaysia, endingnya Indonesia menang J. Masih banyak gambar dan kisah seru meraka yang lain.

Selain menulis cerita, mereka juga berlatih mencipatakn lagu. Hasilnya… tak kalah dengan lagu anak-anak yang beredar. Untuk awal mereka membuat lagu dengan nada sama dengan lagu yang dikenal, selanjutnya mereka bias menciptakan nada dan lirik sendiri.

Waktu  bergulir, menulis sudah menjadi kebiasaan bagi mereka, ada yang kemana-mana selalu membawa buku dan pensil untuk mencatat pengalaman. Bahkan ada yang selama liburan tiap hari menulis, hasilnya hampir satu buku penuh dengan kalimat yang mereka rangkai. Wah kalah nih bu gurunya…

Ada juga yang unik, aku jadi tahu bagaimana kebiasaan keluarga masing-masing anak. Ups tidak usah diceritakan di sini hehehe… anak-anak itu lugu, ada hal yang tidak seharusnya ditulis ditulis juga… ^_^

Satu pencapaian luar biasa (kupikir) untuk aak kelas satu adalah ketika buku “Catatan Hati Pelangi” terbit. Buku ini berisi kumpulan pengalaman, puisi, dan lagu ciptaan mereka sendiri.

Dua target Alhamdulillah terealisasi, sekarang lanjut ke target Enterpreuner. Di As Salam pelajaran berangsung hari Senin sampai Jum’at, Sabtu adalah hari untuk pendidikan kharakter. Salah satunya Enterpreuner for Children. Kegiatan ini melatih mental anak menjadi pengusaha. Kegiatannya adalah jualan, untuk pertama mereka berjualan di teman dan orang tua teman-teman satu kelas. Pertemuan berikutnya mereka berjualan di TK, menawarkan dagangan di wali siswa murid TK. Hasilnya, ada beberapa anak yang sampai sekarang membawa barang dagangan ke sekolah, menjualnya ke teman-teman dan bu gurunya. Bahkan juga ada yang membuat buku berisi tulisan tangan dan gambarannya sendiri trus menjual buku sedergahana ini. Hal yang mengejutkan adaah, banyak dari teman-teman yang pesan.

“Bu, kegiatan Enterpreuner for Children sukses, Raka sekarang banyak pesanan buku,”

“Bu, aku jualan ini ya di koperasi,” ujar Azizah sambil membawa satu toples besar snack, susu, roti, dan lain-lain.

“Bu, aku bawa mainan dan kujual di teman-teman,” Hilmi dengan bangga menunjukkan robot dan mobil yang dibawanya.

Wow, bisnis benar-benar mengasyikan. Tak mau kalah bu guru juga membuat sesuatu untuk dijual. Hehehe…

Tak terasa satu tahun bersama mereka, anak-anak luar biasa As Salam. Anak-anak yang kucintai karena Allah ^_^. Robb terimakasih Kau pertemukan aku dengan mereka.

Hurriyah, 14 Agustus 2011



Tak terasa sudah satu tahun empat bulan saya bekerja di SDIT As Salam, satu SD yang tak kusangka akan menerimaku sebagai salah satu guru. Kok tak kusangka? Iya, dengan kemampuan agamaku yang minim, kadang masih sering futur, dan tingkah laku yang nggak feminin sekali. Hehehe.

Buanyaaakk yang harus kusyukuri, dengan menjadi salah satu keluarga di SD ini, diantaranya adalah lingkungan laki-laki perempuan yang terjaga, sholat dhuhur berjamaah, yayasan dan kepala sekolah yang memfasilitasi ide-ideku, murid-murid yang subhanallah, serta yang agak mengagetkan: tak kusangka putra ustadz tempat aku mengaji juga daftar di SD ini. Bismillah, semoga diri ini bisa menjaga amanah dan tidak “iseng” lagi.

Awal mula mengenal SD yang terletak di jalan Bendungan Saguling ini adalah ketika seorang dosen menelepon dan meminta tolong untuk mencari lulusan S1 PGSD untuk menjadi guru. Saya pun menawarkan diri. Saya masih ingat betul, saat itu hari Rabu, 3 Februari 2010.

Akhirnya keesokan harinya, hari Kamis (4 Februari) kami bertemu. Setelah mengobrol, beliau meminta saya menghadap bapak ketua jurusan di Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Saya pun menemui beliau dan berbincang-bincang. Saat itu saya hanya menyerahkan CV, karena ijazah belum jadi. Setelah membaca CV, saya diminta untuk menemui kepala TKIT. Tahun Februari 2010 SD belum didirikan.

Keesokan harinya, hari Jum’at (5 Februari) saya menemui kepala TK, menyerahkan CV dan surat lamaran. Setelah membaca, menanyai alasan mengapa saya ingin menjadi guru SD dan meminta saya membaca Al-Qur’an beliau memutuskan untuk menerima. Saat itu ijazah saya saat itu belum jadi. Peristiwa ini terjadi tepat dua minggu sebelum saya wisuda. Diterima dengan modal lima lembar CV.

Rasanya begitu cepat dan tak terduga, proses itu begitu singkat. Rabu ditelepon dosen, Kamis bertemu dosen, Kamis itu pula menemui seorang Kajur di FIP,  Jumat memberikan lamaran kepada kepala sekolah, Sabtu launching SD (6 Februari 2010), dan Senin sudah mulai masuk kerja di TK. Kok TK? Karena SD baru buka Juli 2010 ^_^.

Di TK, bukannya saya yang mengajar tapi malah saya yang belajar. Kok? Iya, saya belajar dari anak-anak. Bagaimana ceritanya? Begini ceritanya…

TK sekarang jauh beda dengan TK saya jaman dulu, dulu saya di TK tidak mempunyai banyak teman, paling hanya beberapa sahabat. Karena teman-teman banyak yang membuat blok alias kelompok. Biasanya yang dipilih yang cantik, pinter, pokoknya punya kelebihan. Trus lagi, TK adalah sekolah pualiiiiiiiiiing menyeramkan bagi saya, hiks.. kalau ingat jaman dulu. Hampir setiap pulang sekolah selalu nangis, kadang ibu bingung mencari tukang pijet. Mengapa? Bullyingnya puaraaaaah banget. Apalagi saat itu saya termasuk siswa yang kecil bin imut, jadi sering dihajar sampe memar. Parahnya tidak ada pembelaan sama sekali! Apalagi nomer absen saya dengan yang Mr. Big berurutan depan belakang. So, diri ini tak pernah absen dari pukulannya. Trus jaman dulu aku orangnya penakut dan pendiam, ndak berani bilang ke guru. Pinginnya sih guru-guru tahu kalau saya ini murid yang tersiksa. Hehehe.. ah sudahlah, itu dulu.

Lha SD, harapanku bisa berpisah dengan Mr. Big yang mengerikan itu, lha kok malah satu SD, satu kelas, nomer absen tetep urut. masyaAllah tersiksa lagi!

SDku termasuk SD favorit jadi tidak heran kalau banyak teman-teman yang sekolah di sana juga. Jadi bisa dikatakan saya tidak betah sekolah ketika di TK dan SD. Tapi mau gimana lagi, orang tua memilih sekolah di situ.

Yang tidak dapat saya lupakan sampai sekarang adalah –memang kenangan buruk lebih lama melekat dari pada kenangan menyenangkan- ketika ulangan semester dan ulangan-ulangan yang lain yang tempat duduknya berurutan, Mr. Big selalu mengancam akan menyiksa sepulang sekolah, kalau saya tidak memberi contekan. Parahnya dia selalu bilang, “Woi teman-teman, punyaku dicontoh Fauziah,” hwuaaa parah banget sih?!!!! Jujur penasaran saya ma tuh orang, sekarang ketika besar jadi apa. Uhf musuh bebuyutan…( maaf emosi, kalo ingat- tarik napas panjaaaang sabar Zie!). Alhamdulillah sebelum kelas enam dia pindah sekolah.

Waduh jadi curhat masa TK dan SD, ok kembali ke TK tempat saya mengajar. Jujur saya mualuuu melihat anak kecil yang dah punya banyak hapalan Al-Qur’an, yang akrab banget dengan teman-temannya, yang selalu dibela guru ketika ada yang nakal. Saya iri! Benar-benar iri!

Pernah suatu hari ketika menemani anak-anak main ayunan, karena jumlah ayunan yang terbatas, jadi harus antri. Lha saat itu ada salah satu murid yang berkata, ”Sudah yuk, kasihan itu yang nunggu lama,” mereka pun bergantian dengan akur, tanpa berebut. Kalau saya dulu, sebelum istirahat, sudah ada yang “manjer” atau memesan dulu (dengan paksaan) alat bermainnya. Uhhhff benar-benar masa kecil kurang bahagia.

Lagi, saat istirahat pasti ada sessi bagi kue di antara murid-murid, selain mendapat dari sekolah biasanya anak-anak juga membawa dari rumah. Lha berapapun banyaknya kue yang mereka bawa dari rumah, pasti di sekolah ditawarkan ke teman-temannya dulu sebelum dimakan. Pernah ketika ada yang membawa kue sedikit, mereka motong kecil-kecil sampe kebagian semua. Subhanallah nih anak. Dulu, jangankan bagi, kalau ada yang bawa kue lebih pasti makannya sembunyi. Hahaha… soalnya kalau ketahuan Mr. Big pasti diambil.

Satu cerita lagi, ketika ada seorang anak berkata kasar, temannya pasti mengingatkan, “hei baca istighfar tiga kali,” anak yang berkata kasar tadi pun menuruti. Seperti dalam negeri dongeng, untukku dengan latar belakang orang desa korban penyiksaan.

Itu pengalaman pertama menjadi guru TK, trus SD? Sebelum di As Salam, saya dua tahun di SDN Sumberpucung VII. Ada banyak kenangan dengan murid-murid di Sumberpucung, ceritanya insyaAllah lain waktu, sekarang saya cerita yang di As Salam dulu.

Dulu, ketika puertamaaaa menata kelas, ketua yayasan, Pak Rusli Efendi (ayahanda trainer Pak Arif Alamsyah) langsung menelepon saya, “Bu Fauziah, yang diperlukan di kelas apa saja?” saya pun menyebutkan komponen kelas dalam imaji saja, meja, pojok baca, papan bintang, papan karya, tipe papan tulis, almari, dll. Dan Subhanallah beliau benar-benar memesankan semua itu. Untuk orang yang bau kencur seperti saya, yang baru lulus kuliah, sungguh hal ini sangat mengharukan (terimakasih untuk keluarga besar As Salam). Jarang-jarang ada orang senior dengan banyak pengalaman minta pendapat ke yang lebih junior dan menyetujui. Pengalaman dulu sering takut untuk berpendapat, karena pasti tidak didengar. Hehehe…

Murid-murid bagaimana? Alhamdulillah murid-murid saya aktif semua, bahkan kadang guru sudah KO, anak-anak masih enerjik. Hehehe… banyak cerita seru dengan anak-anak yang saya sayangi karena Allah ini. Pertama kali yang tahu kaca mata ganti adalah mereka, padahal berminggu-minggu saya bertemu dengan ratusan teman, tapi yang sadar dengan perbedaan kacamata malah anak-anak (kemarin beli, hari ini mereka dah bisa nebak). Bukannya apa-apa, hanya merasa mereka sangat memerhatikan^_^.

Anak-anak selalu tahu bagaimana perasaan saya setiap hari, padahal saya tidak pernah curhat! Mereka bisa menebak, kapan saya senang, kapan ada masalah, kapan sakit, bahkan kapan sedih. Kalau sakit, pasti rebutan mijit. Trus, hampir setiap hari saya selalu mendapat hadiah dari mereka, mulai dari permen, jeruk nipis, sampai kado rapi. Hehehe. Kadang saya merasa bersalah, saya lo tidak segitunya perhatian. Hiks.. maafkan ibu ya Nak…

Ada banyak air mata di SD ini, air mata bahagia tentunya ^_^. Beda dengan dulu pas kecil, air mata kesakitaaaannnn T_T.

Manfaat yang saya peroleh dari pengalaman di atas adalah


  1. Belajar SAMA SEKALI tidak memandang miring kepada semua murid, semuanyaaaa harus adil! Karena kita tidak tahu seperti apa kita nantinya. Allah pasti punya rencana di balik jalan cerita kita. Dengan kata lain, setiap anak unik dan pasti punya kelebihan, tidak mungkin manusia diciptakan tanpa skenario terbaik dari Sang Pencipta. Siapa diri kita nanti tidak ada yang tahu bukan? Bisa jadi ketika kecil pintar besar tidak, atau sebaliknya. Roda terus berputar.

  2. Harus lebih menyayangi anak secara adil ^_^

  3. Berusaha mendoakan mereka dengan doa yang berbeda-beda. Maksudnya, biasanya kita berdoa , “Ya Allah semoga murid-muridku pintar semua,” lha sekarang harus diubah, karena setiap anak mempunyai kebutuhan berbeda, “Ya Allah semoga Azizah menang lomba”, “Ya Allah semoga Lala bisa dapat tiga besar di sekolah”, “Ya Allah, semoga Arum bisa lancar membaca”, dan lain-lain, teman-teman yang lebih tahu kebutuhan masing-masing murid.

  4. Guru adalah teladan bagi murid-muridnya. Jadi selama di depan mereka, harus bisa memberikan contoh yang terbaik, kalau melarang murid merokok, ya jangan merokok. Kalau meminta membuang sampah pada tempatnya, ya harus benar-benar membuang sampah pada tempatnya. Kalau ndak pingin anak-anak iseng yang jangan iseng, hehehe inilah yang agak sulit. Semoga bisa ndak gemes ketika melihat mereka:D. bukankah semuanya bisa berubah (perlahan ya…).

  5.  Anak-anak adalah amanah Allah dan amanah wali murid, guru adalah pelayan, semoga kita termasuk yang bisa memegang amanah ini. Salut dan salam hormat dari saya untuk guru-guru yang mengajar di daerah terpencil. Pasti beliau-beliau ini lebih hebat dan lebih kreatif.

  6. Ada yang mau menambahkan? Silahkan…


Hurriyah, 6 Juli 2011


(Alhamdulillah Juara II KKTM Pendidikan Wilayah C –Jawa Timur, Madura, NTT, dan NTB, 2008)


Fauziah Rachmawati, Syilviantia Najma, Tutik Sri Wahyuni


Universitas Negeri Malang


     

 


RINGKASAN

Remaja autis adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai kekhasan sendiri. Fenomena autis terjadi pada individu akibat gangguan pada kondisi saraf biologis (Neuro - Biological Disorder). Penelitian menunjukkan jumlah penderita autisme meningkat dari tahun ke tahun. Kajian tentang autis sebagaimana kajian individu yang lain tidak dapat dilepaskan dari komponen-komponen hidup manusia sebagai individu. Salah satu komponen yang dimaksud antara lain perhatian individu terhadap seks. Penelitian menunjukkan bahwa pada individu dengan berkebutuhan khusus (Special Needs Individuals), dalam hal ini autis, juga terjadi perkembangan yang kurang lebih sama dengan individu normal lainnya khususnya pada perkembangan pubertasnya. Banyak contoh di mana remaja autis yang belum mengerti hal-hal yang berkaitan dengan seks. Misalnya saja seorang perempuan di SD Autis, pernah suatu kali saat haid, dia membawa pembalut dan berlari-lari. Peristiwa ini tentunya kurang pantas bagi kebanyakan remaja pada umumnya. Berdasarkan deskripsi tentang perkembangan seksual remaja autis maka, dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual individu autis sebenarnya tidak terganggu, tetapi ekspresi mereka yang mencerminkan ketidak-matangan perkembangan sosial dan emosional mereka. Secara umum masyarakat beranggapan bahwa sosialisasi tentang pendidikan seks masih menjadi hal yang tabu dan tertutup di dalam tatanan masyarakat Indonesia. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlu adanya pendidikan seks bagi remaja autis dengan strategi pembelajaran yang tepat mengingat penanganan anak autis memang cukup berat. Strategi pembelajaran pendidikan seks untuk remaja autis diperlukan karena pada pendidikan seks tingkat sekolah dasar dapat menjadi basis penting bagi pola seks mereka di masa mendatang.

Adapun rumusan masalah karya tulis ini adalah: Bagaimana strategi pembelajaran pendidikan seks untuk anak autis di tingkat sekolah dasar pada level basic, level intermediate, dan level transisi/advance? Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah untuk mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan seks untuk anak autis di tingkat sekolah dasar pada level basic, level intermediate, dan level transisi/advance. Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat  bagi bagi orang tua anak autis, pendidik di sekolah, masyarakat, maupun bagi pemerintah sehingga mendapat pengetahuan kepada tentang strategi pembelajaran pendidikan seks pada tingkat sekolah dasar serta meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap pendidikan seks untuk remaja autis.

Beberapa pokok  yang perlu ditelaah antara lain mengenai pengertian remaja autis, beberapa faktor yang menyebabkan seseorang dapat mengalami keautisan di antaranya yaitu faktor biologis seperti faktor genetik, gangguan pada fungsi otak (Neuro - Biological Disorder) yaitu pada lobus temporal tepatnya di gyrus temporalis superior, sistem limbik, amygdala, hippocampus, dan serebelum. Sedangkan faktor psikologis yang dapat menyebabkan seorang remaja yang memiliki potensi keautisan menjadi autis adalah media elektronik visual karena interaksi antara remaja dan orang tua semakin berkurang. Beberapa karakteristik penyandang autis adalah mengalami perkembangan komunikasi yang lambat, masalah pada interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain yang berbeda dengan individu normal, dan perilaku hipoaktif maupun hiperaktif, serta perkembangan emosi yang lambat.

Pada remaja autis juga terjadi perkembangan seksualitas yang kurang lebih sama dengan individu yang tidak mengalami gangguan perkembangan. Mereka mengalami perubahan emosional, fisik dan sosial yang hampir sama. Strategi pendidikan seks remaja autis tingkat SD merupakan komponen yang perlu diperhatikan dalam penggunaan strategi penyampaian, yaitu media pembelajaran, interaksi peserta didik dengan media, dan bentuk (struktur) belajar mengajar. Pendidikan seks untuk anak autis harus mencakup level komunikasi, kemampuan sosial, kemampuan kognitif, kemampuan konseptual, dan aspek-aspek lain dari fungsi personal.

Strategi pembelajaran pendidikan seks bagi anak autis merupakan suatu metode dalam interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik dalam mengembangkan kemampuannya secara optimal berkenaan dengan seksualitas yang merupakan integrasi dari perasaan, kebutuhan dan hasrat yang membentuk kepribadian unik seseorang, dan mengungkapkan kecenderungan seseorang untuk menjadi pria atau wanita.

Strategi pembelajaran pendidikan seks pada anak autis ini, haruslah menggunakan metode yang tepat sehingga anak benar-benar memahami yang harus dilakukan. Strategi yang diberikan juga bertingkat sesuai level perkembangan remaja autis yang dibagi dalam tiga level, yaitu basic, intermediate, dan transisi atau advance.  Dikarenakan perkembangan anak autis mengalami beberapa gangguan, maka pendidikan seks secara umum meliputi: Sistem reproduksi manusia, hubungan pria dan wanita, termasuk etika dalam bergaul, nilai-nilai moral dan agama, peran gender, pilihan gender, aktivitas seks, termasuk yang non hubungan seks, kontrasepsi, penyakit yang ditularkan oleh hubungan seks, kehamilan dan hal-hal yang terkait (aborsi, adopsi, merawat bayi atau anak, pola asuh, dan lain-lain), menolak ajakan hubungan seks bebas, dan masalah kelainan seks. Sedangkan metode pembelajaran yang dapat digunakan antara lain metode demonstrasi dan sosiodrama atau role playing. Media untuk pembelajaran pendidikan seks  remaja autis di sekolah juga banyak ragamnya, antara lain, kartu bergambar, benda konkret, foto keluarga, binatang kartu telpon, VCD, guru, tape recorder, televisi dapat dipilih yang relevan dengan kondisi anak dan lingkungan alam sekitarnya.

Sebagai contoh, penanganan untuk remaja autis umur 10-14 tahun dilakukan secara one-on-one atau sifatnya individual. Aktivitas yang dilakukan untuk remaja autis level basic adalah melakukan kontak mata selama beberapa detik, disertai dengan kepatuhan anak, menunjuk bagian tubuh, menggunakan benda konkret (misal: baju) dan anggota badan dalam pembelajaran, menggunakan kartu gambar dalam pembelajaran. Karena kemampuan bicara remaja autis yang terbatas maka pendidik perlu menyediakan kartu, gambar atau menggunakan isyarat dalam memberikan bimbingan dengan jari tangan.

Penanganan dilakukan secara one-on-one atau sifatnya individual dan dalam kelompok kecil untuk remaja autis level intermediate. Aktivitas yang dilakukan adalah melabelkan objek berdasarkan fungsinya, menggunakan benda konkret (misal: baju) dan anggota badan dalam pembelajaran, menggunakan kartu gambar dalam pembelajaran. Sedangkan untuk remaja autis pada level transisi atau advance, penanganannya dilakukan dalam kelompok besar. Aktivitas yang dilakukan, adalah anak diminta untuk menjawab pertanyaan dengan penggunaan kata “mengapa”, anak diajari untuk mengantri dalam menunggu giliran, dan anak diminta untuk bercerita tentang sesuatu, serta menggunakan benda konkret (misal: baju) dan anggota badan dalam pembelajaran dan menggunakan kartu gambar dalam pembelajaran

Mengingat pentingnya pendidik seksual bagi anak autis ini maka perlu kiranya orang tua, pendidik, masyarakat, dan pemerintah perlu ikut bekerjasama dalam penanganannya sehingga setelah dewasa anak dapat berinteraksi dengan masyarakat di sekitar lingkungannya serta agar memiliki kesadaran dan menghargai diri sendiri dipandang secara seksualitas serta memahami makna norma masyarakat mengenai prilaku seksual yang pantas di lingkungannya serta berkembang menjadi pribadi yang utuh.

Direkomendasikan kepada orang tua antara lain untuk mengamati pola perubahan dan perkembangan fisik maupun emosional anak autis sejak dini, terutama ketika anak memasuki usia pubertas. Hal yang dapat dilakukan guru adalah menanamkan norma-norma susila yang berlaku di lingkungan mereka. Masyarakat sebagai wadah lingkungan anak autis untuk berkembang secara sosial hendaknya lebih peduli ketika remaja autis sedang ada masalah, dan ikut menjaga, dalam arti siap bila diperlukan dalam memberikan bantuan. Sedangkan pemerintah perlu memberikan kebijakan yang bersifat pemberian layanan dan fasilitas serta memberikan payung hukum atau legislasi yang jelas terkait pendidikan seks dan juga perlindungan terhadap tindak kriminal seksual terhadap remaja autis.

(Alhamdulillah Juara I tingkat Fakultas, 2008)


Fauziah Rachmawati, Imron Rosadi, M. Abdul Gafur R


Jurusan KSDP dan Jurusan Kimia, Universitas Negeri Malang, Malang


A. Latar Belakang

Sebagai masyarakat timur seringkali terasa sungkan membicarakan masalah seksualitas. Bahkan kebanyakan orang tua tak bisa menghadapi setiap permasalahan yang timbul berkenaan dengan masalah seksual pada anaknya ketika anak sudah mulai memasuki masa pubertas dan menginjak dewasa, terlebih lagi pada individu autis yang pada dasarnya memang lebih membutuhkan perhatian dan penanganan khusus dari pada anak normal biasa.

Autis adalah gangguan perkembangan yang diakibatkan oleh gangguan pada kondisi saraf biologis ( Neuro-Biological Disorder) sehingga menyebabkan ganguan kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial, ganguan sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi (Sarasvati, 2004, 135)

Penelitian menunjukkan bahwa pada individu dengan berkebutuhan khusus ( Special Needs Individuals) dalam hal ini autis juga terjadi perkembangan yang kurang lebih sama dengan individu normal lainnya. Mereka juga mengalami perubahan fisik, emosional , dan sosial yang hampir sama. Perubahan fisik mereka antara lain : mulai terjadi perubahan pertumbuhan rambut di seluruh tubuh seperti rambut diwajah, ketiak dan di daerah sekitar kemaluan, selain itu terjadi perubahan suara pada pria dan menstruasi pada wanita. Oleh karena itu sudah seharusnya penderita autis mulai dikenalkan pada pendidikan seksual sebagai persiapan ketika mulai terjadi perubahan fisik, psikis, dan emosi saat memasuki usia masa pubertas dan meninjak dewasa. Dalam makalah ini, seksualitas dibatasi sebagai pikiran, perasaan, sikap dan perilaku sesorang terhadap dirinya sendiri (schwier dan Higaburger.200). Dengan demikian, bukan kegiatan hubungan seks yang akan dibahas melainkan bagaimana membantu anak autis agar memiliki kesadaran dan menghargai diri sendiri dipandang secara seksualitas serta memahami makna norma masyarakat mengenai perilaku seksual yang pantas di lingkungannya sehingga ia berkembang menjadi pribadi utuh dan mandiri

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka topik yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana pola intervensi orang tua dan pendidik dalam menghadapi perkembangan fisik dan psikis anak autis berkenaan denga fungsi organ seks ?

  2. Bagaimanakah bentuk pendidikan seks bagi anak autis ?